Powered By Blogger

Laman

Jumat, 05 November 2010

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA (Bag.1)

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA (Bag.1)
27 August 2009 by Feri Noviantoro ·
Labels: Struktur Baja
Pada bagian pertama ini saya akan mencoba menjabarkan syarat – syarat dan peraturan struktur baja. Pada bagian selanjutnya nanti akan saya bahas tentang perhitungan dan standarisasinya. Jadi jangan sia – siakan materi blog ini bagi anda para Engineering (khususnya pemula) untuk mendapatkan materi – materi tentang Teknik Sipil. Maksud saya membahas tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung ini adalah sebagai acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam melakukan pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan struktur baja.

Standar umum serta ketentuan - ketentuan Teknis Perencanaan Dan Pelaksanaan struktur baja untuk bangunan gedung, atau struktur bangunan lain yang mempunyai kesamaan karakter dengan struktur gedung. Tata cara ini mencakup:

1. Ketentuan-ketentuan minimum untuk merencanakan, fabrikasi, mendirikan bangunan, dan modifikasi atau renovasi pekerjaan struktur baja, sesuai dengan metode perencanaan keadaan batas.
2. Perencanaan struktur bangunan gedung atau struktur lainnya, termasuk keran yang terbuat dari baja.
3.

Struktur dan material bangunan berikut:
1. Komponen struktur baja, dengan tebal lebih dari 3 mm.
2. Tegangan leleh (fy) komponen struktur kurang dari 450 Mpa.

Dalam perencanaan struktur baja harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.
2. Analisis dengan komputer, harus memberitahukan prinsip cara kerja program dan harus ditunjukan dengan jelas data masukan serta penjelasan data keluaran.
3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis.
4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.
5.

Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut:
1. Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau percobaan yang cukup aman.
2. Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana dan pelaksana yang bersangkutan.
3. Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh pengawas bangunan, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut.
4. Nama penanggung jawab hasil perhitungan harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan serta tanggal yang jelas.

Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan.

Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu-layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur dan kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima.

Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat menerima keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.

Batas-batas lendutan harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut.

Batas lendutan maksimum sebagai berikut:

Komponen struktur dengan beban tidak terfaktor

Beban Tetap

Beban sementara
Balok pemikul dinding atau finishing yang getas
L/360

-
Balok biasa
L/240

-
Kolom dengan analisis orde pertama saja
h/500

h/200
Kolom dengan analisis orde kedua
h/300

h/200


Sebagai Acuan Dan Persyaratan-Persyaratan Semua baja struktural sebelum difabrikasi, harus memenuhi ketentuan berikut ini:

* SNI S-05-1989-F : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari Besi/baja)
* SNI 07-0358-1989-A : Baja, Peraturan Umum Pemeriksaan
* SNI 07-3014-1992 : Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum
* SNI 03-1726-1989 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung.

BAGIAN-BAGIAN JALAN

Nindyo Cahyo Kresnanto
Blog: nindyocahyokresnanto.wordpress.com
Email: nindyo_ck@staff.janabadra.ac.id / nindyo_ck@yahoo.co.id
0813 2153 0007
BAGIAN-BAGIAN JALAN
DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)
DAMIJA (Daerah Milik Jalan)
DAWASJA (Daerah Pengawasan Jalan)
POTONGAN MELINTANG JALAN
Jalur Lalu Lintas
Lajur
Bahu Jalan
Median
Fasilitas Pejalan Kaki
Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.
13/1970 Direktorat Jenderal Bina Marga
Spesifikasi Standard untuk Perencanaan Geometrik Jalan
Luar Kota, SubDit Perencanaan Teknik, Direktorat Jenderal
Bina Marga, 1990
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/BM/1997, Direktorat Jenderal Bina Marga
Standard Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan,
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992
Penyediaan Gambar Situasi, Penentuan Jenis Tikungan
Skala 1:1000
Penentuan Trace Jalan
Full Circle (FC)
ua a Spiral – Circle – Spiral (SCS)
Penentuan Koordinat PI
Kriteria Perencanaan:
p p
Spiral – Spiral (SS)
Penggambaran Hasil Rencana
Alinyemen Horisontal
Alinyemen Vertikal
Plan (Alinyemen Horisontal)
Profil Memanjang (Alinyemen
V tik l)
y
Pelebaran Pada Tikungan
Kebebasan Samping
Vertikal)
Penampang Melintang (Cross
Section)
Adalah aspek-aspek perencanaan bagian-bagian jalan (trase, lebar,
tikungan, landai, & jarak pandangan) dan juga kombinasi dari bagianbagian
tersebut sesuai dengan tuntutan dan sifat-sifat lalu lintas
dengan tujuan untuk menciptakan hubungan yang baik antara waktu
dan ruang dengan kendaraan agar dicapai efisiensi, keamanan dan
kenyamanan secara optimal dalam batas-batas kelayakan ekonomi.
Perencanaan geometrik terkait dengan arus lalu lintas, perencanaan
konstruksi jalan berkaitan dengan beban lalu lintas.
Perencanaan geometrik merupakan tahap lanjutan setelah proses
perancangan (planning). Proses planning berkaitan dengan analisis
pengaruh jalan terhadap perkembangan wilayah, sifat lalu lintas yang
harus dilayani, & kualitas pelayanan.
Sangat mempengaruhi perencanaan bagian-bagian jalan
Keadaan tanah dasar mempengaruhi lokasi dan bentuk
geometrik jalan
Tanah dasar jelek atau air tanah yang tinggi maka mungkin
trase harus pindah atau perlu timbunan tinggi
Di daerah dengan curah hujan tinggi perlu lereng melintang
lebih besar atau alinyemen jauh lebih tinggi dari tanah asli.
Untuk daerah datar perlu perencanaan drainase yang baik
Daerah pegunungan mempengaruhi pemilihan lokasi dan bagianbagian
jalan lainnya, bahkan type jalan.
Daerah pertanian dan industri banyak kendaraan truk yang
berbeda dengan daerah pemukiman atau wisata dimana banyak
mobil penumpang
Jalan di rural area banyak kendaraan kecepatan tinggi yang
perlu syarat perencanaan lebih berat dibanding jalan untuk
urban area yang didominasi kendaraan kecepatan rendah
Pemilihan trase di rural lebih bebas dari pada di perkotaan.